Kamis, 01 Desember 2011

Dasar Dasar Caving (penelusuran goa)

1. Defenisi Gua

ini hanya ada sedikit tentang dasar-dasar caving (penulusuran goa) menurut saya dan bersumber dari referensi yang pernah saya baca dan saya dapatkan selama menjadi anggota pencinta alam recht faculteit unhas ! #semogamanfaat

gua kata yang kalau dipikir-pikir adalah sebuah tempat yang gelap yang ada di bawah tanah dan bisa ditelusuri oleh manusia ! #itumenurutsayakalokamu?

Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua termasuk proses pembuatannya (speleogenesis), struktur, fisik, sejarah dan aspek biologis. Asal kata speleologi berasal dari bahasa yunani spelaion yang berarti gua dan logos yang berarti ilmu. Speleologi sering dikaitkan dengan aktivitas penjelajahan gua yang dikenal dengan istilah caving. 
Telusur goa atau caving berasal dari kata cave, artinya goa. Menurut Mc Clurg, cave atau gua berarti “ruang alamiah di dalam bumi”, yang biasanya terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong. Setiap aktivitas penelusuran gua tidak lepas dari keadaan gelap total justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver sebutan untuk seorang penelusur gua, sebuah petualangan di gua memberikan kenikmatan tersendiri bagi pegiat kegiatan ini.
Diantara kegiatan di alam seperti mendaki gunung dan panjat tebing hanya caving lah yang masih minim orang menggelutinya tetapi ini menarik bagi saya entahlah ada kenikmatan tersendiri yang saya dapatkan setiap melakukan caving yang tak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata yaaa gimana gituuu, barangkali catatan almarhum Norman Edwin adalah jawabannya “Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”. !

2.Sejarah Penelusuran Gua 

Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 2000 tahun lalu. Eksplorasi pertama tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers. Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas yang pada waktu itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Amerika. Bahkan telephone yang baru diperkenalkan digunakan untuk komunikasi di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.
Prestasi Martel juga dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi gua. Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan untuk merekam kedalaman serta panjang gua-gua tersebut.
Ketika Perang Dunia II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua orang tokoh Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga gantung dari aluminium dan perahu kanvas yang lebih sempurna. Penemuan ini mejadi standar bagi para penelusur gua sampai 50 tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang “cave diving”. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret pertama kali menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain “My Cave” dan “Ten Years Under Ground”, yang kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan ahli speleologi.
Kebanyakan penelusur gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing, karena memang kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula yang memberi inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. French Alpine Club, sebuah perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah mengadakan ekspedisi bawah tanah, dan untuk pertama kalinya menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung. Kelompok ini pula yang mencipatakan rekor penurunan gua vertikal sedalam 608m.
Sejarah penelusuran gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret dan banyak lagi penelusur gua di seluruh dunia. 
Caving atau penelusuran gua, boleh dibilang cukup lama dikenal Indonesia. Persisnya kegiatan ini sudah mulai marak tahun 1980-an, ketika Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia (Specavina) dibentuk di Bogor dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Ko King Tjoen, Norman Edwin (alm), Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman. Mulailah dari sini kegiatan yang jadi hobi baru kala itu menyebar, terutama di kampus-kampus.
Hobi ini agaknya di awal perkembangannya terseok-seok karena yang didalaminya tak melulu keterampilan fisik saja namun juga aspek ilmiahnya. Selain, peralatan yang dibutuhkan pun sulit dibeli di sini. Specavina, ketika itu pula agak selektif membagi ”ilmu” pada peminat. Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih menonjolkan unsur ilmiahnya (speleologi) ketimbang ”olahraganya” (caving).
3. Pengertian dan Jenis Goa

1. Jenis goa.
a. goa fosil –> goa ini berarti udah lama,, dia memang dialiri sama air.. tapi dulu.. jadinya sekarang udah ga dialiri air lagi.. hal ini membuat kondisi goa fosil biasanya kering
b. goa aktif –> goa yang masih dialiri oleh air sampai kini.. (kalo yang ini basah chuy!)

2. Klasifikasi goa dari proses terbentuknya.
a. Goa Lava –> terbentuk dari rekahan dan larutan magma yang meninggalkan lorong di bagian dalam
b. Goa Batu Pasir –> terbentuk Dari Lapisan batu pasir di tengah lereng bukit yg terkikis air mengalir

c. Goa Laut –> terbentuk Dari hantaman air pada tebing karang

d. Goa Batu Gamping –> terbentuk Dari Lapisan kulit bumi yang mengandung kalium karbonat (CaC03) & lainnya yang terlarut oleh air hujan sehingga terbentuk lubang

e. Goa Lorong Gunung –> terbentuk oleh Aliran air yang berasal dari gunung/bukit yang masuk ke celah gunung/bukit yang gersang sehingga membentuk lorong

f. Goa Patahan –> terbentuk dari Patahan dua permukaan yang membentuk ruang di bawah tanah



4. Jenis Lorong Goa 

Dalam eksplorasi, kita harus mengenal jenis atau tipe-tipe lorong yang akan kita eksplorasi. Pengenalan lorong ini banyak bermanfaat dalam deskripsi, identifikasi maupun hingga pada penyelamatan diri terhadap bahaya-bahaya penelusuran goa. Secara umum jenis lorong goa dibagi dalam 4 kelompok besar yaitu :

1. Lorong Fosil Pada lorong ini kondisi hidrologi relatif amat minim bila dibandingkan dengan lorong-lorong lainnya. Terutama pada pertumbuhan ornamen goa yang sudah mencapai nol. Kelembaban yang cukup rendah dan suhu yang relatif tinggi merupakan ciri utama lorong ini.

2. Lorong VadoseLorong Vadose ini merupakan lorong goa yang hanya dialiri air pada musim penghujan sehingga secara relatif lorong ini memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan lorong fosil, dan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan lorong fosil. Pertumbuhan ornamen-ornamen goa relatif masih tetap ada meski sudah semakin mengecil.

3. Lorong Muka Air suatu lorong bisa dikatakan sebagai lorong muka air apabila ditemui aliran sungai bawah tanah, namun belum tentu jika ditemui kolam bawah tanah merupakan lorong muka air. Pada lorong ini pertumbuhan ornamen masih sangat maksimal dengan kelembaban yang relatif paling tinggi dan suhu yang relatif paling rendah dibandingkan lorong-lorong lainnya.

4. Lorong Freatik Lorong ini hanya dapat dimasuki dengan teknik penyelaman (Diving). Kondisi korong ini tidak memungkinkan adanya pertumbuhan ornamen goa sehingga pada umumnya memiliki dinding goa yang relatif halus dibanding lorong goa lainnya.


5. Ornamen Goa (Speleothem)

1. Batu Alir (Flowstone) ialah ornamen gua yang terbentuk karena aliran air.
a.Canopy –> ornamen yang tumbuh pada dinding goa, berbentuk menyerupai setengah tudung payung, atau jamur terbentuk karena aliran ait yang mengalir diatas batu yang menenpel pada dinding goa. 
b.Gordyn –> ornamen yang menempel pada dinding goa, memanjang dari atas ke bawah dan berbentuk korden jendela. 
c.Draperis –> merupakan ornamen pada dinding goa yang menyerupai susunan gigi atau gergaji dibagian bawahnya. Merupakan gordyn yang bagian bawahnya terbentuk bentukan gergaji. 
d. Gourdam –> ornamen ini berebntuk mirip petak-petak sawah. Ada dua jenis mikro (berukuran kecil) dan makrogourdam (berukuran besar). Terbentuk akibat pengendapan kalsit pada saat aliran air terhambat atau diperlambat pada bibir gour tersebut. 


2.Batu Tetes (Dripstone) ialah ornamen goa yang terbentuk karena tetesan air. 
a. Stalagtit –> formasi batuan yang menggantung (tumbuh ke bawah) karena pengaruh gravitasi.
b. Straw –> merupakan jenis stalagtit dengan diameter sesuai dengan tetesan air dan dibagian tengah berlubang (seperti sedotan minuman).
c. Stalagmit –> ornamen yang tumbuh dari lantai goa yang dikarenakan tetesan dari stalaktit yang terus menunpuk pada satu titik. 


3. Rimestone yaitu ornamen terbentuk dalam air. 
a. Cave pearl (mutiara goa) –> ornamen benrbentuk bola kristal atau mutiara yang terbentuk pada kolam dibawah tetesan air, terjadi karena endapan kristal kalsit yang menyelubungi butiran pasir lapis demi lapis akibat bergulirnya butiran pasir secara kontinyu dalam media air jenuh caco3. 
b.Colum ornamen yang berupa stalagmit dan stalagtit yang telah bertemu ujungnya sehingga menyambung menjadi satu pilar.

Dan masih banyak lagi ornamen di dalam goa, silahkan anda yang mengamati dan mempelajarinya.

6. Peralatan Caving

1. Peralatan Pribadi (Personal Equipment) yaitu peralatan standar yang harus dibawa dan dipakai oleh masing-masing pribadi penelusur goa yaitu:
a. Helm Speleo yang dapat melindungi kepala dari benturan keras.
b. Coverall, sejenis baju bengkel yang mempunyai sirkulasi udara yang baik (mudah kering).
c. Alat penerangan (minimal 3 jenis yang berbeda dan cadangan).
d. Sepatu yang beralas kasar, agar tidak mudah terpeleset (sepatu boot).
e. Pelampung (jika goanya berair).
f. Tas/daypack.
g. Botol air.
h. Baju ganti (perlengkapan istirahat, jika menginap dalam goa).
i. Survival bag (lilin, korek api, karbit cadangan, batery cadangan, bola lampu cadangan, coklat batangan dan permen.)
j. Dll yang dianggap perlu .


2.Peralatan Tim (Team Equipment) yaitu peralatan untuk team berguna untuk semua tim penelusur goa yaitu:
a. Tali (hawsterlait, kermantel dynamic & static)
b. Rigging Set (Tali pita, Padding, Carabiner screw & non screw, Pengaman Sisip/Hexentrik atau friend, Paku Pitton, Bolts, Hanger, Hammer, hauling set)
c. Tackle Bag
d. Kompas
e. Kertas/stick fluorosens
f. Medical Kit (P3K)
g. Mapping set (jika diperlukan)
h. Fotografi set (jika diperlukan)
i. Perahu karet (jika diperlukan)
j. Peralatan Camping

Tentunya dari sekian banyak peralatan yang harus dibawa, koordinasi & manajemen peralatan harus diutamakan. Didalam penelusuran goa, tidak ada anggota team yang paling kuat sehingga dia sanggup membawa peralatan yang berat. Jika hal ini dilakukan, saat itulah team mulai melakukan kefatalan buat team mereka sendiri. Oleh karena itu, pembagian peralatan untuk masing-masing personel harus dimanajemen sesuai dengan kemampuan dan porsi tugasnya.


Alangkah mendukungnya apabila penelusur goa mempunyai skill atau teknik panjat (climbing) karena penelusuran goa juga tidak jauh berbeda dengan aktivitas memanjat. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelusuran, pemanasan dan pelenturan tubuh perlu dilakukan. 


7. Teknik Penelusuran Goa Horisontal (TPGH)

Teknik ini merupakan teknik mendasar yang harus dikuasai oleh penelusur goa sebelum memasuki goa yang lebih ekstrim bentukannya seperti goa vertikal danlainsebagainya. Teknik ini muncul dikarenakan beragamnya bentukan lorong goa yang terbentuk didalam perut bumi yang kita belum tahu pasti derajad kesulitannya.


Dengan adanya bentuk lorong yang bervariasi inilah maka calon penelusur goa harus mempunyai skill dan teknik penelusuran goa yang memadai, bukan hanya adu nasib dan adu nekat. Bentukan lorong goa horisontal, walaupun belum menngunakan peralatan penelusuran goa vertikal yang rumit namun kesulitan yang dihadapi akan sama sulitnya jika sudah menemui lorong yang penuh lumpur, air terjun, sungai bawah tanah ataupun danau/ kolam dalam goa. Hal ini tentunya juga membutuhkan peralatan yang tidak sedikit. Adapun dalam penelusuran goa horisontal.


8. Teknik penelusuran Goa Vertikal

Teknik ini muncul karena dalam setiap penelusuran sering kita temui keadaan lorong yang tidak memungkinkan dilewati menggunakan teknik penelusuran goa horisontal. Oleh sebab itu kemudian muncul teknik-teknik untuk dapat melewatinya, sejak pertama kali penelusuran goa vertikal dilakukan. Pada awalnya, teknik yang dilakukan adalah dengan mengikatkan tubuh pada seutas tali, kemudian muncul teknik menggunakan tangga dari tali maupun baja. Dengan perkembangan teknologi kemudian bermunculan teknik-teknik menggunakan peralatan mekanis sehingga penelusuran mudah dilakukan dan sudah barang tentu aman (safety procedure).
Dalam penelusuran goa vertikal, peralatan standart yang digunakan tidak jauh berbeda dengan teknik penelusuran goa horisontal, hanya saja dalam personal equipment masing-masing penelusur dilengkapi dengan alat SRT (Single Rope Technique). Alat SRT atau SRT set ini merupakan alat yang digunakan dalam teknik untuk melintasi lintasan vertikal yang berupa satu lintasan tali. Prinsip utama dalam peralatan ini adalah keselamatan dan kenyamanan (safety procedure).
Berhubung Goa Vertikal itu biasanya dalam lebih dari 10 meter maka peralatan yang dibawa juga lebih banyak. Teknik yang dipakai untuk turun ke Goa Vertikal dinamakan SRT (Single Rope Technique), gerakan dalam SRT adalah Naik (Ascending) dan Turun (Descending).
Teknik Ascending & Descending
Teknik-teknik Ascending antara lain : Frog Kick System, Prusikking, Jummaring
Teknik Descending : Abseiling (menuruni tali dengan descender; bobin, autostop) Rapling (teknik menuruni tali dengan Figure of Eight) Prusikking (menggunakan sling prusik yang di-simpul prusik)
Alat-alat yang digunakan :


Ascending (Naik)—————–Descending (Turun)
Chest & seat harness——–Carabiner snap &screw
Jummar————————–Cowstail
Foot loop————————MR Delta
Kroll—————————–MR oval
Webbing/sling webbing———–Prusik

Peralatan untuk Ascending Descending sendiri:


1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha.
2. Chest harness, untuk melekatkan Chest Ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali.
3. Chest Ascender( Kroll ), dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR
4. Hand Ascender( Jummar), dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan
5. Mailon Rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu:
a. Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR.
b. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop Seat Harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti Descender berikut Carabiner sebagai friksinya dan Cowstail.
6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat.
7. Cows tail, memiliki dua buah ekor. Satu terkait di Hand Ascender, dan satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.

Cara Ber-SRT (Ascending-Descending)

Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.





8. Etika Penelusuran Goa

- Don’t take anything but picture
- Don’t kill anything but time
- Don’t leave anything but footprint


9. Lingkungan Goa

1.  Zone terang : bagian goa yang masih bisa menerima cahaya matahari secara langsung. Fluktuasi suhu dan kelembaban masih tinggi.
2.  Zone Peralihan : bagian gua yang menerima cahaya matahari tetapi tidak secara langsung seperti dari pantulan dinding goa. Fluktuasi suhu dan kelembaban masih terjadi tetapi relatif tidak tinggi.
3.  Zone gelap total : bagian goa yang sama sekali tidak ada cahaya (gelap abadi). Fluktuasi suhu dan kelembaban sangat kecil, relatif konstan.
Karakteristik lingkungan goa selain karakteristik fisik, lingkungan gua juga merupakan tempat hidup berbagai organisme baik tumbuhan ataupun binatang, organisme tersebut menggunakan goa untuk berbagai kebutuhan, ada yang menggunakan sebagai tempat hidup, diamana mereka dapat memenuhi siklus kehidupannya seperti makan, reproduksi atau berkembang biak, dan ada pula yang menjadikan goa sebagai tempat untuk istirahat sementara. Hewan-hewan yang hidup di lingkungan goa dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
·    Trogloxene : hewan yang secara kebetulan berada dalam goa karena sebenarnya hewan tersebut asing terhadap lingkungan goa seperti musang, ular, nyamuk.
·   Troglophile : hewan yang menyukai kegelapan, tetapi masih mencari makanan di luar lingkungan goa seperti kelelawar dan walet. Hewan jenis ini hanya memanfaatkan goa sebagai tempat tinggal dan berlindung.
·   Troglobite (troglobion) : hewan ini keseluruhan siklus hidupnya terjadi didalam goa, sehingga memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda dengan hewan-hewan yang ada di permukaan. Tandanya antara lain berpigmen sedikit, kulit tipis dan penglihatan tidak berfungsi dan menggantungkan sepenuhnya pada antena/ sungut.
Tumbuhan biasanya banyak dijumpai di bagian mulut goa atau zone terang, karena tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan hidupnya.  



Sekian semoga bermanfaat.

1 komentar: